twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Rabu, 18 Januari 2012

Jatuh dari Sepeda ( Cerita Anak )

       Sama seperti biasanya, setiap hari sabtu atau minggu kami sekeluarga selalu jalan pagi. Aku dan kakakku memakai sepeda tetapi ayah dan ibuku jalan kaki. Saat itu ukuran sepedaku lebih kecil di bandingkan dengan sepeda milik kakakku. Itu karena aku baru bisa naik sepeda roda dua.

   Kami berempat mengelilingi komplek. Dan aku asik dengan sepedaku. Ketika aku melihat jalan yang panjang dan jalan itu sangat jarang di lewati orang, tiba – tiba aku berfikir untuk balap sepeda bersama kakakku ketika itu ibu dan ayahku masih berada sedikit jauh dari lokasi ku sekarang. Dengan percaya dirinya aku berkata 

” kak mau tidak kita balap sepeda sampai portal itu tuh ? ”
” oke, kakak mau. ” jawab kakakku.
” 1....2...3... ”
       Kemudian aku dan kakakku mengendarai sepeda dengan kecepatan yang tinggi. Aku terus mengayuh sepedaku dengan cepat tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. Aku terus di susul oleh kakakku, tapi aku tak mau menyerah aku terus  saja mengayuh. Tiba – tiba aku merasakan angin yang cukup kencang menerpa wajahku. Dan aku merasa sepedaku berjalan kencang sekali ketika aku akan mengayuhnya lagi itu semua sudah tidak berfungsi. Sepedaku sudah tak terkendali. Aku mulai panik dengan keadaan seperti itu. Lalu karena sepedaku sudah tak terkendali tiba – tiba saja sepedaku mengarah ke sepeda kakakku. Aku sudah tidak bisa mengendalikannya. Cuma ada satu cara yang bisa kulakukan, yaitu berteriak.
” kak hati – hati nanti ketabrak. ” 
      Tapi itu sudah terlambat aku hampir menabrak kakakku, untungnya ketika itu aku reflek membelokan stang sepedaku menjauhi sepeda kakakku. Aku masih selamat tapi sepedaku melaju dengan sangat cepat. Aku benar – benar tidak bisa mengendalikannya, sepedaku sudah seperti melayang. Aku mulai goyah sampai akhirnya aku jatuh terseret dan ketika itu bagian wajah dan dada ku yang menatap jalanan jadi bagian bawah bibirku luka, tangan, lengan, serta dada ku lecet. Aku ke sakitan tapi aku menahan tangisan keluar dari mataku karena aku tahu, yang ada aku akan tambah di marahi oleh orangtuaku. Ketika itu kakakku hampir mencapai garis finish tapi dia langsung berbalik ke arahku. Dan menghampiri ku kemudian bertanya dengan ekspresi yang sangat kaget.
” kenapa de ? ”
     Aku tak menjawab karena aku kesakitan. Dari kejauhan ayah dan ibuku mendekati ku kemudian membantu aku berdiri. Lalu kami segera berjalan pulang karena keadaanku ini. Selama perjalanan aku terus di nasehati. Mulai dari kejadian itu aku jadi takut mengendarai sepeda. Kira – kira beberapa bulan aku tak berani mengendarai sepeda karena aku takut kejadian itu terulang lagi.

Penulis 
Trisnawati